Senin, 18 Februari 2013

Ber Hij-Up

Coretan ZIVAN at 2/18/2013 08:54:00 AM 0 comments
every women looks beautifull 
when she wear a Hijab :)


Buat yang baru-baru belajar ber Hij-uP :) ini ada cara yang praktis buat menggunakan hijab. Simple tapi tetep chic :)


me with my HIJ-Up
 Gambar yang diatas menggunakan pashmina panjang. Bisa menggunakan aksesoris tambahan seperti hair  bandana, atau bros bunga. Tergantung selera dan modifikasi masing-masing :). Intinya gak perlu takut buat berkreasi! hihih. Gunakan hijab senyaman mungkin, bisa dengan meminimalisirkan penggunaan jarum pentul.

Simple!
Nah, untuk gambar yang diatas itu versi simple banget dari kerudung segi empat. Hanya menambahkan modifikasi di salah satu sudut. Bisa juga ditambahkan dengan bros bunga atau lainnya, tergantung selera masing-masing. simple but still Chic and Modis ! :)

Ini ada beberapa tips bagi kamu-kamu pemula hijab. Lets check it out !


  • Gunakan bahan-bahan jilbab yang senyaman mungkin. Bisa dari bahan katun, untuk menyerap keringat.
  • Pakai anak jilbab atau penutup kepala sebelum menggunakan jilbab. Hal ini memudahkan untuk mengatur jilbab, agar terlihat lebih rapi. Gak mau kan poninya nyempil kemana-mana? Hihihi
  • Minimalisir penggunaan pentul atau peniti. Terkadang kebanyakan peniti suka bikin sakit karena suka ketusuk. *pengalaman*
  • Harus maching antara jilbab dan baju? Gak selalu sih. Kamu bisa bermain dalam warna kok :) Asal gak terlalu norak dan mencolok its oke :)
  • Kembangkan kreatifitasmu selalu, searching di internet juga boleh, atau buka-buka majalah yang berhubungan dengan hijab
  • Dan tentu saja, KAMU HARUS SENYAMAN MUNGKIN DALAM BERHIJAB. Gak perlu hijab yang ribet kalau hanya bikin kamu un-mood seharian karena harus mikirin bentuk hijab kamu yang gak karuan. Simple but beautifull :) 
Okay ladies, selamat berhijab. Selamat tampil cantik ^^

Sabtu, 02 Februari 2013

its not a Winter ♥

Coretan ZIVAN at 2/02/2013 09:16:00 AM 0 comments

ops! did i make a mistake?


(MAYBE) Winter, and i need long outfit. And thats so cute 

Yellow Dress/Brown Jeans by Logo/Belt/Shoes by my besties hihhi♥/ Yellow Pashmina



MY FANFIC ^^ - THE MOMENT 2-

Coretan ZIVAN at 2/02/2013 09:01:00 AM 0 comments

I Wish This is One Shoot Story
"The Moment-2"
(Astoria Greengrass-Draco Malfoy)
By : @nyipinyip


Salju telah turun. Aku memutuskan pergi menggunakan baju yang senyaman mungkin. Mantel bulu berwarna kecoklatan, topi wol senada, dan syal kuning keemasan, cukuplah. The Three Broomstick menjadi pilihanku, setelah beradu argumen yang 'cukup panjang' dengannya. Saturday night, murid-murid Hogwarts pasti akan menghabiskan malamnya di Hogsmeade. Dan kedai-kedai minuman akan penuh sesak. Apalagi kedai milik Madam Rosmerta itu, daripada hanya berdua dengannya, aku lebih memilih berdesak-desakan.
Namun aku salah, The Three Broomstick kali ini sangat sepi. Bukan, ini bukan sepi. Kedai ini sepertinya 'disulap' hanya untuk 'kencan' (kau tak tau bagaimana ekspresi mukaku)-ku dengannya. Lampu yang temaram, perapian yang menyala, taplak taplak meja baru, misletoe dimana-mana, dan apa itu? Mawar merah menghiasi satu buah meja disudut ruangan, lengkap dengan lilin-lilin kecil penghangat suasana. Sial, aku bergumam.

Aku telah menunggu lewat dari 10 menit dari waktu yang ditetapkan. Dan tak nampak tanda-tanda kehadirannya. Madam rosmerta menyuguhkan Butterbeer yang kedua dihadapanku. Dia tersenyum senang. Ah rupanya ada yang bersekongkol kali ini.
Draco muncul pukul 19.15, disaat aku sedang sibuk-sibuknya melihat benda putih mungil turun dari langit di balik jendela.

"Aku tidak telat kan, Astoria?" Draco menyapaku. Sweater rajutan berlambang M besar berwarna hijau tua cocok sekali dengan tubuh tingginya yang tegap. Rambutnya disisir rapi kebelakang, dan tentu saja bau parfumnya yang maskulin menyeruak seantero ruangan. Tak dapat dipungkiri, ia memang telah membuatku terkesan. Aku tersadar telah melihatnya dalam waktu yang cukup lama dan langsung saja kupanglingkan wajahku. Astaga, apa yang aku pikirkan!!!
"Well, mungkin saja jam-mu yang terlalu cepat. Kau sudah lapar?"
Lagi-lagi, ia selalu membuatku kesal.
"Kau datang terlambat Draco, dan kau berusaha untuk membual! Oh, demi jenggot Merlin!" Aku menatapnya tajam.
"Jangan menatapku begitu, Astoria sayang. Aku bisa mati nih". Draco duduk tepat didepanku dan menopang dagunya sambil tersenyum.
Kembali aku mengalihkan pandangan. Aku tak kuat melihat senyuman-maut-khasnya yang akan membuatku mual.
Makan malam ditutup dengan dessert pilihannya, puding ceri saus almond. Aku tak sadar, kami ditemani dengan alunan musik klasik yang berbunyi begitu saja. Dan aku tak tertarik mencari sumbernya.
"Makan malam selesai, aku mau pulang". Aku berniat berdiri tapi Draco mencegahku.
"Tunggu, selesai makan dan kau mau pergi saja? Siapa yang akan membayar?" Draco memasang wajah serius.
Sial, makan malam macam apa ini! Kenapa aku yang harus membayar! Kuambil beberapa galleon dari dompet dan kuletakkan disamping meja. Mukaku merah padam. Laki-laki macam apa dia, gerutuku.
"Lain kali jangan pernah ajak aku makan malam lagi, Poor Draco Malfoy!" Tanganku ditarik kearahnya dan aku masih tertahan duduk.
Draco mengambil galleon-galleon tersebut dan menyisipkan kedalam dompetku.
"Aku ingin memberimu hadiah, sesuatu yang tak pernah kuberikan sebelumnya." Nada bicaranya mulai serius. Ia menggeser kursinya sehingga kini ia tepat disampingku.
Pikiranku menerawang. Hingga tahun kelima ini, sudah tak terhitung berapa banyaknya ia mengirimiku hadiah. Boneka, liontin, coklat, bahkan ia memberiku tiket liburan. Namun, tak satupun dari hadiahnya yang kumiliki saat ini. Aku lebih memilih untuk mengembalikannya.
Aku mulai gugup. Draco semakin mendekatkan wajahnya kearahku. Ditambah lagi dengan suasana yang temaram dan alunan musik klasik nan romantis. Satu lagi, daun-daun misletoe mulai beraksi.





"Kau berharap aku memberimu sebuah ciuman?"
Draco pun terkekeh.
Mukaku merah padam. Oh Tuhan apa yang aku pikirkan! Tentu saja aku tidak berharap demikian. Sial.
"Kau terlalu kepedean Draco Malfoy! Kau pikir siapa dirimu?" Aku berusaha agar nada bicaraku tetap datar.
"Aku? Aku Draco Malfoy, aku kekasihmu". Draco menatap tajam mata coklatku.
"Kau? Siapa?"
"Astoria, aku tau kau suka padaku. Benar begitu?"
"Cukup Draco, aku muak dengan semua bualan dan kepedeanmu. Aku muak!"Aku melemparkan pandangan ke arah jendela. Aku benar-benar sudah muak dengan semua ulahnya. Untuk saat ini, yang aku inginkan adalah pulang ke Hogwarts dan tidur.

Draco menghela nafas. Ia menggeser kursinya lagi dan makin dekat ke arahku. Tangan kanannya menggenggam tanganku. Matanya menatap mataku lekat-lekat. Dan kedua mata coklat kami beradu.
"Astoria, dengarkan aku. Siapa yang selalu ada disampingmu walau kau tak membutuhkannya? Siapa yang selalu memberimu greetings morning tapi selalu kau acuhkan? Siapa yang selalu memberimu hadiah-hadiah kecil tapi selalu kau kembalikan? Berapa banyak undangan makan malam yang kau terima tapi tak pernah sekalipun kau hadiri? Siapa yang rela mengorbankan nyawanya demi dirimu? Siapa yang rela tidak mengikuti Yule Ball karena ditolak olehmu? Dan siapa yang selalu mencintaimu dari pertama kali bertemu di Hogwarts Express hingga tahun kelima ini? Yang secara nyata ia tau bahwa kau tak pernah memikirkannya bahkan untuk sedetikpun!!".
Aku terdiam. Jantungku seakan berhenti. Draco masih menatap mataku. Kali ini aku mendapati pancaran mata yang bukan seperti biasa. Ada sesuatu yang tersimpan dalam mata itu. Aku bisa merasakannya. Sesuatu yang selama ini ia pendam. Sebuah kejujuran yang menyakitkan. Sebuah perasaan yang selalu ingin ia utarakan.

"Dengarkan aku Astoria, akan kuberikan semuanya hanya untuk seorang gadis yang setiap malam aku mimpikan, hanya untuk seorang gadis yang selalu kuganggu setiap saat, hanya untuk seorang gadis yang senyumnya selalu kunantikan, hanya untuk seorang gadis yang saat ini duduk didepanku, apapun itu".

Bolehkah?" Draco makin mempererat genggaman tangannya.
"Bolehkah kuberikan nama belakangku untukmu?"

Bulir-bulir air mata mengalir begitu saja. Hatiku mencelos. Terbayang semua kenangan selama 5 tahun silam. Hogwarts Express, Slytherin's common room, Quidditch, Hogsmeade, Hutan terlarang, kelas ramuan dan semua hal-hal bodoh yang ia lakukan hanya untukku. Benar, memang hanya untukku. Lidahku kelu, seakan berada di titik terbawah dalam hidup. Aku terlalu kejam untuk tidak pernah menanggapinya. Terlalu egois hanya untuk memikirkan diriku saja. Tanpa pernah melihat bahwa ada sesuatu yang nyata setelah 5 tahun ini. Aku terlalu bodoh!
Tiba-tiba saja sebuah mawar putih ia daratkan dihadapanku. Dan segera saja ia berlutut, mengenggam tangan kananku.
"Bolehkah?" Draco berucap lirih.

Aku mengangguk pelan, dan tersenyum. Air mata tak terbendung lagi. Aku menangis sejadi-jadinya. Menangisi kerasnya hatiku selama 5 tahun ini, menangisi seseorang yang tak pernah kenal kata lelah mengejarku. Mengejar untuk meyakiniku. Aku menangis bahagia.

"Akhirnya, kau tersenyum juga, untukku." Draco tersenyum dan mengecup tanganku pelan. Ia mengusap air mataku dengan lembut.
"Sudahlah, kau terlihat konyol, Sayang". Sebuah belaian lembut mendarat di kepalaku dan memudarkan semuanya.


Aku menyandarkan kepala di bahunya. Kami duduk didepan jendela dan melihat butiran-butiran salju bak kapas putih jatuh begitu indahnya. Menceritakan kisah-kisah konyol dan tertawa berdua. Malam kian larut. Lonceng khas Hogsmeade pun berdentang.
"Well, kita harus pulang, Sayang". Draco menatapku.
"Okey, kita memang harus pulang".
Kami beranjak dan berpamitan dengan Madam Rosmerta yang aku-baru-saja-melihatnya-karena-dia-sedari-tadi-menghilang. Dinginnya malam menusuk tulang. Draco mengencangkan ikatan topi dan syalku. Kami memutuskan untuk berjalan daripada ber-apparate hingga gerbang Hogwarts.
Tiba-tiba saja aku teringat akan satu hal.
"Draco, sejak kapan kau bisa berbahasa Prancis?"

MY FANFIC ^^ -THE MOMENT 1-

Coretan ZIVAN at 2/02/2013 09:01:00 AM 0 comments

I Wish This is One Shoot Story
"The Moment-1"
(Astoria Greengrass-Draco Malfoy)
Hogwarts
By : @nyipinyip


"Berhenti mengikutiku, Draco!" Aku melirik sinis kearah pria yang berambut kepirangan. Ia tepat berdiri dibelakangku. Tubuh jangkungnya tidak menegaskan sesuatu. Dan tentunya tak sesungging pun senyuman rela kuberikan padanya.
"JANGAN PERNAH MENGIKUTIKU LAGI! KEMANAPUN AKU PERGI!!" Bentakan keras tak membuat ia benar-benar jera rupanya. Pansy dan Crabbe tertawa terkekeh. Draco menyunggingkan senyuman yang selalu membuatku kesal. Entah kenapa.
Aku membanting buku Magical Creatures yang baru beberapa halaman kubaca, dan kemudian berjalan cepat ke arah toilet.
"Mau kemana kau, Astoria sayang? Cuma makan malam dan kau pun tak sudi?" Dia tergelak.
Selalu, ia selalu membual setiap saat dan itu membuat isi perutku ingin keluar.

Kupercepat langkah kaki ke arah toilet, dan lamunanku terhenti saat seorang pria berjubah hitam menghampiriku.
"Sekarang kau ikut denganku ke kelas Ramuan, ada tugas menantimu. Aku tidak suka menunggu". Prof Snape pun berlalu.
Aku masih berdiri terpaku, dan-
"Professor, tugas?"
"Cepat Ms.Greengrass!"
Bentakan Prof. Snape membuatku bergidik. Tanpa babibu kuikuti Prof Snape menuju anak tangga. Dan kali ini aku tak berani bertanya.

Kelas ramuan tak seperti biasanya, tak nampak deretan-deretan kuali, ramuan-setengah-jadi, bahkan kelas itu terlihat lebih bersih. Benar-benar bersih. Prof Snape menutup pintu, membantingnya menurutku.
"Kau harus menyelesaikan ini, bukan, kita. Kita harus menyelesaikan ini" Ia memberikan secarik perkamen usang. Potions conquérant, aku berusaha membaca judulnya.
"Jangan tanya apapun, lakukan saja apa yang ku minta. Kau akan dapat penjelasan nanti". Dia berkata tanpa menatap sedikitpun.
Alih-alih bertanya aku langsung menyambar kuali bersih didekatku. Aku mengerjakan setiap detil pekerjaan yang ia minta, sedikit kesalahan saja ia langsung membentakku. Ribuan pertanyaan sebenernya ingin kulemparkan padanya saat ini. Namun aku lebih memilih membisu. Pekerjaan ini menurutku membutuhkan setidaknya 5 orang, karena aku benar-benar kewalahan. Banyak bahan-bahan yang tak kukenal dan tentu saja, aku sadar aku tidak bisa membaca isi perkamen tersebut. Itu bukan bahasa Inggris! Dan aku makin menggerutu.
Tak terasa, waktu berjalan cepat. Hampir 2 jam aku-tidak-duduk dan terkurung diruangan ini.
"Kau tinggal memasukkan Gnomes de terre" sambil menunjuk ke arah meja bagian ujung. Hanya tinggal satu-satunya bahan yang belum tersentuh.
"Dan tunggu hingga mencair, setelah itu aduk 5 kali searah jarum jam dan matikan kompornya. Tutup segera dengan ini". Prof Snape memberikan selembar Mat kecil kepadaku.
"Mengerti?"
Aku pun mengangguk segera.
"Aku akan keluar, sebentar. Ada yang perlu kukerjakan. Jangan tinggalkan ramuan ini sedetikpun, Ms. Greengrass". Prof Snape menatap tajam kearahku. Kedua mata coklat kami saling bertemu. Aku kembali mengangguk.
Derap langkah kaki Prof Snape terdengar meninggalkan ruangan. Setelah memasukkan Gnomes de terre, aku menghempaskan diri ke sebuah kursi tua di ujung meja. Bunyi khas perut menyeruak seantero ruangan, dan aku ingat, aku belum apapun sejak pagi.

Decitan pintu perlahan membuyarkan lamunanku, sesosok pria ber-uniform layaknya aku keluar berhamburan keringat.
"Cukup panas ya didalam-itu?" Draco Malfoy mengendorkan dasinya sembari menunjuk sebuah lemari kecil disudut ruangan.
"Kau??! Kau lagi?! Apa yang kau laku- Sejak kapan kau disana? Kau mengikutiku lagi?!" Pikiranku kacau. Aku tidak tahu harus bertanya mulai darimana, tiba-tiba saja dia muncul dan apa yang dia lakukan disini???? Mukaku memerah saking kesalnya.
Draco tak mengacuhkan pertanyaanku, ia menghampiri kuali ramuan dan mengambil perkamen usang tersebut.
"Kau harus mengaduknya, ini sudah cair" Draco berbicara seakan tidak terjadi apa-apa. Kemudian Draco memandangku dalam.
"Kau belum makan, kan? Aku bisa mendengar bunyi perut laparmu itu" Draco pun menyunggingkan senyuman khasnya. Dan ia mulai tertawa. Hal itu membuatku semakin kacau, kesal dan mual.
"Kau tak mau dimarahi Prof Snape lagi kan , Astoria sayang? Aduk ini, 5 kali berlawanan dengan arah jarum jam" Draco menatapku.
Kekesalanku berubah menjadi kebingungan yang luar biasa. Aku yakin tidak salah mendengar apa yang Prof Snape katakan kepadaku sebelumnya.
"Kau datang tiba-tiba dan memberikan instruksi kepadaku, siapa kau?!" Aku menantangnya.
"Sudahlah Astoria, ikuti saja. Kau bahkan tak bisa membaca kertas ini kan?" Draco kembali tertawa keras.
"Aduk 5 kali berlawanan dengan arah jarum jam dan tutup segera dengan Mat" Draco kembali membaca perkamen usang tersebut.
"Kau tak tuli kan? Lakukan!"
Entah setan apa yang merasukiku, aku langsung mengaduk ramuan itu berlawanan dengan arah jarum jam sebanyak 5 kali, dan tiba-tiba ramuan yang awalnya berwarna biru langit berubah drastis menjadi merah darah. Tanganku spontan terhenti. Draco menyambar Mat dan langsung menutupnya.
Terdengar seseorang berlari ke arah kelas ramuan. Draco langsung bersembunyi di bawah meja. Aku kebingungan dan makin gugup.
"MS.GREENGRASS APA KAU BAIK-BAIK SAJA??" Prof Snape berlari kearahku dan berteriak begitu kencangnya. Ia langsung menguncang-guncangkan tubuhku. Aku spontan melonjak kaget dan tak tahu harus mengapa. Setelah diyakininya aku tidak apa-apa, ia memeriksa keadaan disekitar kelas, dan melihat ramuan yang tertutup oleh Mat.
"Apa warna ramuan terakhir?" Prof Snape langsung menodongkan pertanyaan begitu saja.
"Me-me-merah darah, Prof. Maafkan aku-"
Air mata berurai begitu saja dipipiku. Entah apa yang benar-benar ada dibenakku saat ini. Sungguh kacau. Kebingungan, kekesalan, dan hal-hal bodoh lainnya. Prof Snape menghela nafas. Selanjutnya ia bercerita panjang lebar kegunaan dari ramuan yang akhirnya kuketahui bernama Ramuan Penakluk. Aku tak mendengar lagi penjelasan berikutnya. Satu hal yang kuingat ia mengatakan telah memberikan instruksi yang-jelas-jelas salah. Ia meminta maaf, karena tentu saja kesalahan yang fatal itu akan berakibat pada kematianku, ramuan yang kapan saja bisa meledak. Dan ia sangat menyesal, karena membahayakan nyawa seorang murid.
Kali ini aku yang menghela nafas panjang. Prof Snape masih berceloteh panjang saat pikiranku menerawang jauh. Rentetan peristiwa yang baru saja berlangsung seketika berkelibat cepat di benakku. Pikiranku langsung tertuju padanya. Draco Malfoy??
"Aku tak tau kau bisa berbahasa French, Astoria. Bukankah Mr dan Mrs Greengrass berasal dari Skotlandia?”
“Ms. Greengrass?”
Lamunanku terhenti seketika. Pandangan tajam Prof Snape menatap mataku. Ia kembali mengulang pertanyaannya dan memastikan aku mendengarkan.
“Bukankah Mr dan Mrs Greengrass berasal dari Skotlandia? Aku tak tau kau bisa berbahasa French.
"Oh, Grandma Professor. Buyutku dari Prancis. Kau tak lupa kan kalau aku keturunan Veela?"
Prof Snape tampak tidak memusingkan jawabanku, ia memasukkan ramuan tersebut kesebuah botol kaca.
Aku tertegun, tersadar Veela macam apa aku yang tak bisa sedikitpun berbahasa Prancis. Aku langsung membereskan meja setelah Prof Snape meninggalkan kelas. Tak lupa, ia kembali mengucapkan kata maaf. Pikiranku kembali menerawang, aku lelah dan benar-benar ingin beristirahat. Draco Malfoy berdiri tepat disampingku. Ia menatap mataku dengan sendu, tangannya menyiratkan akan membelai rambutku, namun tentu saja, kutepis langsung.
"Jadi, makan malam sebagai hutang budi, tidak ada salahnya kan, Astoria? I've safe you". Lagi-lagi, ia menyunggingkan senyumannya itu.
Sial, batinku.

 

Sebuah cerita ... Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea