Sabtu, 02 Februari 2013

MY FANFIC ^^ -THE MOMENT 1-

Coretan ZIVAN at 2/02/2013 09:01:00 AM

I Wish This is One Shoot Story
"The Moment-1"
(Astoria Greengrass-Draco Malfoy)
Hogwarts
By : @nyipinyip


"Berhenti mengikutiku, Draco!" Aku melirik sinis kearah pria yang berambut kepirangan. Ia tepat berdiri dibelakangku. Tubuh jangkungnya tidak menegaskan sesuatu. Dan tentunya tak sesungging pun senyuman rela kuberikan padanya.
"JANGAN PERNAH MENGIKUTIKU LAGI! KEMANAPUN AKU PERGI!!" Bentakan keras tak membuat ia benar-benar jera rupanya. Pansy dan Crabbe tertawa terkekeh. Draco menyunggingkan senyuman yang selalu membuatku kesal. Entah kenapa.
Aku membanting buku Magical Creatures yang baru beberapa halaman kubaca, dan kemudian berjalan cepat ke arah toilet.
"Mau kemana kau, Astoria sayang? Cuma makan malam dan kau pun tak sudi?" Dia tergelak.
Selalu, ia selalu membual setiap saat dan itu membuat isi perutku ingin keluar.

Kupercepat langkah kaki ke arah toilet, dan lamunanku terhenti saat seorang pria berjubah hitam menghampiriku.
"Sekarang kau ikut denganku ke kelas Ramuan, ada tugas menantimu. Aku tidak suka menunggu". Prof Snape pun berlalu.
Aku masih berdiri terpaku, dan-
"Professor, tugas?"
"Cepat Ms.Greengrass!"
Bentakan Prof. Snape membuatku bergidik. Tanpa babibu kuikuti Prof Snape menuju anak tangga. Dan kali ini aku tak berani bertanya.

Kelas ramuan tak seperti biasanya, tak nampak deretan-deretan kuali, ramuan-setengah-jadi, bahkan kelas itu terlihat lebih bersih. Benar-benar bersih. Prof Snape menutup pintu, membantingnya menurutku.
"Kau harus menyelesaikan ini, bukan, kita. Kita harus menyelesaikan ini" Ia memberikan secarik perkamen usang. Potions conquérant, aku berusaha membaca judulnya.
"Jangan tanya apapun, lakukan saja apa yang ku minta. Kau akan dapat penjelasan nanti". Dia berkata tanpa menatap sedikitpun.
Alih-alih bertanya aku langsung menyambar kuali bersih didekatku. Aku mengerjakan setiap detil pekerjaan yang ia minta, sedikit kesalahan saja ia langsung membentakku. Ribuan pertanyaan sebenernya ingin kulemparkan padanya saat ini. Namun aku lebih memilih membisu. Pekerjaan ini menurutku membutuhkan setidaknya 5 orang, karena aku benar-benar kewalahan. Banyak bahan-bahan yang tak kukenal dan tentu saja, aku sadar aku tidak bisa membaca isi perkamen tersebut. Itu bukan bahasa Inggris! Dan aku makin menggerutu.
Tak terasa, waktu berjalan cepat. Hampir 2 jam aku-tidak-duduk dan terkurung diruangan ini.
"Kau tinggal memasukkan Gnomes de terre" sambil menunjuk ke arah meja bagian ujung. Hanya tinggal satu-satunya bahan yang belum tersentuh.
"Dan tunggu hingga mencair, setelah itu aduk 5 kali searah jarum jam dan matikan kompornya. Tutup segera dengan ini". Prof Snape memberikan selembar Mat kecil kepadaku.
"Mengerti?"
Aku pun mengangguk segera.
"Aku akan keluar, sebentar. Ada yang perlu kukerjakan. Jangan tinggalkan ramuan ini sedetikpun, Ms. Greengrass". Prof Snape menatap tajam kearahku. Kedua mata coklat kami saling bertemu. Aku kembali mengangguk.
Derap langkah kaki Prof Snape terdengar meninggalkan ruangan. Setelah memasukkan Gnomes de terre, aku menghempaskan diri ke sebuah kursi tua di ujung meja. Bunyi khas perut menyeruak seantero ruangan, dan aku ingat, aku belum apapun sejak pagi.

Decitan pintu perlahan membuyarkan lamunanku, sesosok pria ber-uniform layaknya aku keluar berhamburan keringat.
"Cukup panas ya didalam-itu?" Draco Malfoy mengendorkan dasinya sembari menunjuk sebuah lemari kecil disudut ruangan.
"Kau??! Kau lagi?! Apa yang kau laku- Sejak kapan kau disana? Kau mengikutiku lagi?!" Pikiranku kacau. Aku tidak tahu harus bertanya mulai darimana, tiba-tiba saja dia muncul dan apa yang dia lakukan disini???? Mukaku memerah saking kesalnya.
Draco tak mengacuhkan pertanyaanku, ia menghampiri kuali ramuan dan mengambil perkamen usang tersebut.
"Kau harus mengaduknya, ini sudah cair" Draco berbicara seakan tidak terjadi apa-apa. Kemudian Draco memandangku dalam.
"Kau belum makan, kan? Aku bisa mendengar bunyi perut laparmu itu" Draco pun menyunggingkan senyuman khasnya. Dan ia mulai tertawa. Hal itu membuatku semakin kacau, kesal dan mual.
"Kau tak mau dimarahi Prof Snape lagi kan , Astoria sayang? Aduk ini, 5 kali berlawanan dengan arah jarum jam" Draco menatapku.
Kekesalanku berubah menjadi kebingungan yang luar biasa. Aku yakin tidak salah mendengar apa yang Prof Snape katakan kepadaku sebelumnya.
"Kau datang tiba-tiba dan memberikan instruksi kepadaku, siapa kau?!" Aku menantangnya.
"Sudahlah Astoria, ikuti saja. Kau bahkan tak bisa membaca kertas ini kan?" Draco kembali tertawa keras.
"Aduk 5 kali berlawanan dengan arah jarum jam dan tutup segera dengan Mat" Draco kembali membaca perkamen usang tersebut.
"Kau tak tuli kan? Lakukan!"
Entah setan apa yang merasukiku, aku langsung mengaduk ramuan itu berlawanan dengan arah jarum jam sebanyak 5 kali, dan tiba-tiba ramuan yang awalnya berwarna biru langit berubah drastis menjadi merah darah. Tanganku spontan terhenti. Draco menyambar Mat dan langsung menutupnya.
Terdengar seseorang berlari ke arah kelas ramuan. Draco langsung bersembunyi di bawah meja. Aku kebingungan dan makin gugup.
"MS.GREENGRASS APA KAU BAIK-BAIK SAJA??" Prof Snape berlari kearahku dan berteriak begitu kencangnya. Ia langsung menguncang-guncangkan tubuhku. Aku spontan melonjak kaget dan tak tahu harus mengapa. Setelah diyakininya aku tidak apa-apa, ia memeriksa keadaan disekitar kelas, dan melihat ramuan yang tertutup oleh Mat.
"Apa warna ramuan terakhir?" Prof Snape langsung menodongkan pertanyaan begitu saja.
"Me-me-merah darah, Prof. Maafkan aku-"
Air mata berurai begitu saja dipipiku. Entah apa yang benar-benar ada dibenakku saat ini. Sungguh kacau. Kebingungan, kekesalan, dan hal-hal bodoh lainnya. Prof Snape menghela nafas. Selanjutnya ia bercerita panjang lebar kegunaan dari ramuan yang akhirnya kuketahui bernama Ramuan Penakluk. Aku tak mendengar lagi penjelasan berikutnya. Satu hal yang kuingat ia mengatakan telah memberikan instruksi yang-jelas-jelas salah. Ia meminta maaf, karena tentu saja kesalahan yang fatal itu akan berakibat pada kematianku, ramuan yang kapan saja bisa meledak. Dan ia sangat menyesal, karena membahayakan nyawa seorang murid.
Kali ini aku yang menghela nafas panjang. Prof Snape masih berceloteh panjang saat pikiranku menerawang jauh. Rentetan peristiwa yang baru saja berlangsung seketika berkelibat cepat di benakku. Pikiranku langsung tertuju padanya. Draco Malfoy??
"Aku tak tau kau bisa berbahasa French, Astoria. Bukankah Mr dan Mrs Greengrass berasal dari Skotlandia?”
“Ms. Greengrass?”
Lamunanku terhenti seketika. Pandangan tajam Prof Snape menatap mataku. Ia kembali mengulang pertanyaannya dan memastikan aku mendengarkan.
“Bukankah Mr dan Mrs Greengrass berasal dari Skotlandia? Aku tak tau kau bisa berbahasa French.
"Oh, Grandma Professor. Buyutku dari Prancis. Kau tak lupa kan kalau aku keturunan Veela?"
Prof Snape tampak tidak memusingkan jawabanku, ia memasukkan ramuan tersebut kesebuah botol kaca.
Aku tertegun, tersadar Veela macam apa aku yang tak bisa sedikitpun berbahasa Prancis. Aku langsung membereskan meja setelah Prof Snape meninggalkan kelas. Tak lupa, ia kembali mengucapkan kata maaf. Pikiranku kembali menerawang, aku lelah dan benar-benar ingin beristirahat. Draco Malfoy berdiri tepat disampingku. Ia menatap mataku dengan sendu, tangannya menyiratkan akan membelai rambutku, namun tentu saja, kutepis langsung.
"Jadi, makan malam sebagai hutang budi, tidak ada salahnya kan, Astoria? I've safe you". Lagi-lagi, ia menyunggingkan senyumannya itu.
Sial, batinku.

0 comments:

Posting Komentar

 

Sebuah cerita ... Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea