I Wish This is One Shoot Story
"The Moment-1"
(Astoria Greengrass-Draco Malfoy)
Hogwarts
By : @nyipinyip
"Berhenti
mengikutiku, Draco!" Aku melirik sinis kearah pria yang berambut
kepirangan. Ia tepat berdiri dibelakangku. Tubuh jangkungnya tidak menegaskan
sesuatu. Dan tentunya tak sesungging pun senyuman rela kuberikan padanya.
"JANGAN
PERNAH MENGIKUTIKU LAGI! KEMANAPUN AKU PERGI!!" Bentakan keras tak membuat
ia benar-benar jera rupanya. Pansy dan Crabbe tertawa terkekeh. Draco
menyunggingkan senyuman yang selalu membuatku kesal. Entah kenapa.
Aku
membanting buku Magical Creatures yang baru beberapa halaman kubaca, dan
kemudian berjalan cepat ke arah toilet.
"Mau
kemana kau, Astoria sayang? Cuma makan malam dan kau pun tak sudi?" Dia
tergelak.
Selalu, ia
selalu membual setiap saat dan itu membuat isi perutku ingin keluar.
Kupercepat
langkah kaki ke arah toilet, dan lamunanku terhenti saat seorang pria berjubah
hitam menghampiriku.
"Sekarang
kau ikut denganku ke kelas Ramuan, ada tugas menantimu. Aku tidak suka
menunggu". Prof Snape pun berlalu.
Aku masih
berdiri terpaku, dan-
"Professor,
tugas?"
"Cepat
Ms.Greengrass!"
Bentakan
Prof. Snape membuatku bergidik. Tanpa babibu kuikuti Prof Snape menuju anak
tangga. Dan kali ini aku tak berani bertanya.
Kelas ramuan
tak seperti biasanya, tak nampak deretan-deretan kuali, ramuan-setengah-jadi,
bahkan kelas itu terlihat lebih bersih. Benar-benar bersih. Prof Snape menutup
pintu, membantingnya menurutku.
"Kau
harus menyelesaikan ini, bukan, kita. Kita harus menyelesaikan ini" Ia
memberikan secarik perkamen usang. Potions
conquérant, aku berusaha membaca judulnya.
"Jangan
tanya apapun, lakukan saja apa yang ku minta. Kau akan dapat penjelasan
nanti". Dia berkata tanpa menatap sedikitpun.
Alih-alih
bertanya aku langsung menyambar kuali bersih didekatku. Aku mengerjakan setiap
detil pekerjaan yang ia minta, sedikit kesalahan saja ia langsung membentakku.
Ribuan pertanyaan sebenernya ingin kulemparkan padanya saat ini. Namun aku
lebih memilih membisu. Pekerjaan ini menurutku membutuhkan setidaknya 5 orang,
karena aku benar-benar kewalahan. Banyak bahan-bahan yang tak kukenal dan tentu
saja, aku sadar aku tidak bisa membaca isi perkamen tersebut. Itu bukan bahasa
Inggris! Dan aku makin menggerutu.
Tak terasa,
waktu berjalan cepat. Hampir 2 jam aku-tidak-duduk dan terkurung diruangan ini.
"Kau
tinggal memasukkan Gnomes de terre" sambil
menunjuk ke arah meja bagian ujung. Hanya tinggal satu-satunya bahan yang belum
tersentuh.
"Dan
tunggu hingga mencair, setelah itu aduk 5 kali searah jarum jam dan matikan
kompornya. Tutup segera dengan ini". Prof Snape memberikan selembar Mat kecil kepadaku.
"Mengerti?"
Aku pun
mengangguk segera.
"Aku
akan keluar, sebentar. Ada yang perlu kukerjakan. Jangan tinggalkan ramuan ini
sedetikpun, Ms. Greengrass". Prof Snape menatap tajam kearahku. Kedua mata
coklat kami saling bertemu. Aku kembali mengangguk.
Derap langkah
kaki Prof Snape terdengar meninggalkan ruangan. Setelah memasukkan Gnomes de terre, aku menghempaskan diri
ke sebuah kursi tua di ujung meja. Bunyi khas perut menyeruak seantero ruangan,
dan aku ingat, aku belum apapun sejak pagi.
Decitan pintu
perlahan membuyarkan lamunanku, sesosok pria ber-uniform layaknya aku keluar berhamburan keringat.
"Cukup
panas ya didalam-itu?" Draco Malfoy mengendorkan dasinya sembari menunjuk
sebuah lemari kecil disudut ruangan.
"Kau??!
Kau lagi?! Apa yang kau laku- Sejak kapan kau disana? Kau mengikutiku
lagi?!" Pikiranku kacau. Aku tidak tahu harus bertanya mulai darimana,
tiba-tiba saja dia muncul dan apa yang dia lakukan disini???? Mukaku memerah
saking kesalnya.
Draco tak
mengacuhkan pertanyaanku, ia menghampiri kuali ramuan dan mengambil perkamen
usang tersebut.
"Kau
harus mengaduknya, ini sudah cair" Draco berbicara seakan tidak terjadi
apa-apa. Kemudian Draco memandangku dalam.
"Kau
belum makan, kan? Aku bisa mendengar bunyi perut laparmu itu" Draco pun
menyunggingkan senyuman khasnya. Dan ia mulai tertawa. Hal itu membuatku
semakin kacau, kesal dan mual.
"Kau tak
mau dimarahi Prof Snape lagi kan , Astoria sayang? Aduk ini, 5 kali berlawanan
dengan arah jarum jam" Draco menatapku.
Kekesalanku
berubah menjadi kebingungan yang luar biasa. Aku yakin tidak salah mendengar
apa yang Prof Snape katakan kepadaku sebelumnya.
"Kau
datang tiba-tiba dan memberikan instruksi kepadaku, siapa kau?!" Aku
menantangnya.
"Sudahlah
Astoria, ikuti saja. Kau bahkan tak bisa membaca kertas ini kan?" Draco
kembali tertawa keras.
"Aduk 5
kali berlawanan dengan arah jarum jam dan tutup segera dengan Mat" Draco kembali membaca perkamen
usang tersebut.
"Kau tak
tuli kan? Lakukan!"
Entah setan
apa yang merasukiku, aku langsung mengaduk ramuan itu berlawanan dengan arah
jarum jam sebanyak 5 kali, dan tiba-tiba ramuan yang awalnya berwarna biru
langit berubah drastis menjadi merah darah. Tanganku spontan terhenti. Draco
menyambar Mat dan langsung
menutupnya.
Terdengar
seseorang berlari ke arah kelas ramuan. Draco langsung bersembunyi di bawah
meja. Aku kebingungan dan makin gugup.
"MS.GREENGRASS
APA KAU BAIK-BAIK SAJA??" Prof Snape berlari kearahku dan berteriak begitu
kencangnya. Ia langsung menguncang-guncangkan tubuhku. Aku spontan melonjak
kaget dan tak tahu harus mengapa. Setelah diyakininya aku tidak apa-apa, ia
memeriksa keadaan disekitar kelas, dan melihat ramuan yang tertutup oleh Mat.
"Apa
warna ramuan terakhir?" Prof Snape langsung menodongkan pertanyaan begitu
saja.
"Me-me-merah
darah, Prof. Maafkan aku-"
Air mata
berurai begitu saja dipipiku. Entah apa yang benar-benar ada dibenakku saat
ini. Sungguh kacau. Kebingungan, kekesalan, dan hal-hal bodoh lainnya. Prof
Snape menghela nafas. Selanjutnya ia bercerita panjang lebar kegunaan dari
ramuan yang akhirnya kuketahui bernama Ramuan Penakluk. Aku tak mendengar lagi
penjelasan berikutnya. Satu hal yang kuingat ia mengatakan telah memberikan
instruksi yang-jelas-jelas salah. Ia meminta maaf, karena tentu saja kesalahan
yang fatal itu akan berakibat pada kematianku, ramuan yang kapan saja bisa
meledak. Dan ia sangat menyesal, karena membahayakan nyawa seorang murid.
Kali ini aku
yang menghela nafas panjang. Prof Snape masih berceloteh panjang saat pikiranku
menerawang jauh. Rentetan peristiwa yang baru saja berlangsung seketika
berkelibat cepat di benakku. Pikiranku langsung tertuju padanya. Draco Malfoy??
"Aku tak
tau kau bisa berbahasa French, Astoria.
Bukankah Mr dan Mrs Greengrass berasal dari Skotlandia?”
“Ms.
Greengrass?”
Lamunanku
terhenti seketika. Pandangan tajam Prof Snape menatap mataku. Ia kembali
mengulang pertanyaannya dan memastikan aku mendengarkan.
“Bukankah Mr
dan Mrs Greengrass berasal dari Skotlandia? Aku tak tau kau bisa berbahasa French”.
"Oh, Grandma Professor. Buyutku dari
Prancis. Kau tak lupa kan kalau aku keturunan Veela?"
Prof Snape
tampak tidak memusingkan jawabanku, ia memasukkan ramuan tersebut kesebuah
botol kaca.
Aku tertegun,
tersadar Veela macam apa aku yang tak
bisa sedikitpun berbahasa Prancis. Aku langsung membereskan meja setelah Prof
Snape meninggalkan kelas. Tak lupa, ia kembali mengucapkan kata maaf. Pikiranku
kembali menerawang, aku lelah dan benar-benar ingin beristirahat. Draco Malfoy
berdiri tepat disampingku. Ia menatap mataku dengan sendu, tangannya
menyiratkan akan membelai rambutku, namun tentu saja, kutepis langsung.
"Jadi,
makan malam sebagai hutang budi, tidak ada salahnya kan, Astoria? I've safe you". Lagi-lagi, ia
menyunggingkan senyumannya itu.
Sial,
batinku.
0 comments:
Posting Komentar